Sistem Rujukan DBD Kurang Maksimal
Membludaknya pasien demam berdarah dengeu (DBD) di sejumlah rumah sakit (RS) daerah, disebabkan sistem rujukan kurang berjalan maksimal. Puskesmas dan klink pratama sebagai layanan kesehatan yang terdekat dengan masyarakat belum mengambil perannya secara ideal.
Demikian disampaikan Anggota Komisi IX DPR RI Ayub Khan, usai meninjau kasus penderita DBD di RS Wahidin Sudirohusodo (RSWS), Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (19/2). Angka penderita DBD terus mengalami kenaikan tajam di Sulsel. Ini membuat kapasitas layanan khusus DBD di RSWS kian berkurang. Masyarakat yang terserang DBD langsung pergi ke RSWS, tidak lagi ke puskesmas atau klinik terdekat.
Apalagi, pasien dari Papua dan NTT juga berdatangan ke RS ini sebagai RS rujukan untuk kawasan Indonesia timur. “Karena ada KLB DBD dengan pasien yang membludak, layanan kesehatan jadi terasa kurang maksimal. Ini terkait sistem rujukan yang tidak berjalan. Pemerintah kurang sosialisasi dan warga sendiri kurang kesadarannya. Akhirnya, RS jadi puskesmas raksasa,” papar politisi Partai Demokrat itu.
Umumnya, lanjut Ayub, pasien DBD yang datang ke RSWS, lantaran merasa peyakitnya sudah darurat. Untuk itu, perlu ditangani segerea oleh dokter. Mereka juga merasa tidak yakin dengan layanan RS di kabupatenya. Akhirnya, berduyun-duyun datang ke RS di tingkat provinsi yang jauh lebih besar seperti RSWS ini. Namun, saat yang sama, Ayub menilai, di luar konteks KLB DBD, layanan kesehatan di RSWS sangat baik. (mh)/foto:husein/parle/iw.